Minggu, 26 Januari 2014

Kromatografi Lapis Tipis



v  JUDUL
Identifikasi senyawa kimia dalam sediaan obat tradisional.

v  TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa kimia yang terdapat dalam sediaan obat tradisional dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis.

v  TEORI DASAR
Kromatografi lapis tipis, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang di lapiskan pada lempeng kaca, plastic, logam secara merata, umunya di gunakan lempeng kaca. Lempeng yang di lapisi dapat di anggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat di dasarkan pada absorbsi, partisi atau kombinasi kedua efek tergantung dari jenis penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang di gunakan. Biasanya fase padatnya berupa adsorben yang relatif kuat sehingga mekanisme pemisahan yang dominan berdasarkan perbedaan absorbsi.
Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik seperti lemak dan karbohidrat. Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada Kromatografi Lapis Tipis disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Sebagai fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan bereaksi dengan senyawa atau pereaksi yang reakstif. (Wiryawan, 2011)
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurum telah di gunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
§  Buku Farmakope edisi IV
Metampiron compresi ( tablet antalgin)
Identifikasi : 600 mg serbuk tab dengan 10 ml air, saring.
Acetaminophen compressi.
Identifikasi : sejumlah serbuk dengan lebih kurang 50 mg paracetamol di larutkan dalam 50 ml methanol, saring.

v  ALAT DAN BAHAN
Alat :
-          Plat lapis tipis
-          Erlemeyer
-          Gelas ukur
-          Beaker glass
-          Kertas saring
-          Chamber
-          Kaca penutup
-          Hair drayer
Bahan :
-          Antalgin
-          Paracetamol
-          Jamu
-          NaOH 1 N
-          Air
-          Metanol pekat
-          ChCl
-          HCl 0,1 N

v  PERHITUNGAN dan PENIMBANGAN
-          Paracetamol : 521,6
Yang di ambil :  521,6            = 52,16mg
                              10
-          Antalgin : 324,1
Yang di ambil : 32,41
-          Jamu : 500mg

ΓΌ  PERHITUNGAN NILAI Rf
·         A (Cuplikan Jamu)
1.      Rf        =  = 0,4375
HRf     = 0,4375 x 100 = 43,75
2.      Rf        =  = 0,4875
HRf     = 48,75
3.      Rf        =  = 0,5375
HRf     = 53,75


·         B (Cuplikan Antalgin)
1.      Rf      =  = 0,0375
HRf   = 0,0375 x 100 = 3,75
2.      Rf      =  = 0,5375
HRf   = 0,5375 x 100 = 53,75
3.      Rf      =  = 0,8625
HRf   = 86,25
·         C (Cuplikan Paracetamol)
1.      Rf      =  = 0,8625
HRf   = 0,8625 x 100 = 86,25

v  CARA KERJA
1.      Ukur kertas saring sebesar wadah chamber, lalu masukkan kertas saring ke dalam chamber.
2.      Buat eluen dengan dengan perbandingan etil asetat : methanol : ammonia (8,5 : 1 : 0,5) lalu masukkan ke dalam chamber langsung tutup dengan plat kaca, biarkan kertas saring terbasahi semua.
3.      Ambil tablet antalgin dan paracetamol, lalu timbang satu persatu, sisihkan.
4.      Gerus tablet paracetamol, lalu masukkan dalam erlemeyer.
5.      Ukur methanol, lalu masukkan ke dalam erlemeyer yang telah berisi tablet paracetamol, lalu basakan dengan NaOH 1N hingga Ph 9-10, kocok selama 30 menit
6.      Gerus tablet antalgin, masukkan ke dalam erlemeyer, lalu tambahkan air, basakan dengan NaOH 1N hingga Ph 9-10, kocok selama 30 menit.
7.      Timbang jamu lalu masukkan ke dalam erlemeyer lalu tambahkan air, basakan dengan NaOH 1N hingga Ph 9-10, kocok selama 30 menit.
8.      Lalu masing-masing filtrate di asamkan dengan beberapa tetes asam klorida 0,1N hingga pH 3-4, lalu masing-masing filtrate di ekstraksi sebanyak 4 kali, setiap kali dengan kloroform 2 ml.
9.      Ekstrak kloroform di uapkan di atas waterbath hingga hampir kering, sisa di larutkan dalam 1ml etanol 96%.
10.  Ukur plat tipis, beri garis tepi atas dan tepi bawah,
11.  Lalu masing-masing ekstrak di totolkan pada plat lapis tipis.
12.  Setelah masing-masing cuplikan kering masukkan plat tipis ke dalam chamber, langsung tutup dengan plat kaca kembali.
13.  Perhatikan dan tunggu sampai warna naik sampai batas yang telah di tentukan.
14.  Keluarkan plat tipis dari chamber dan keringkan.
15.  Baca di bawah sinar UV.

v  PEMBAHASAN
KLT.jpg
Pada praktikum ini yang di lakukan ialah mengidentifikasi jamu apakah mengandung bahan kimia atau tidak. Pengujian ini di lakukan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan bahan pembanding antalgin dan paracetamol. Hal yang pertama di lakukan adalah membuat ekstrak jamu, antalgin, dan paracetamol, langkah pertama yaitu melarutkan bahan-bahan pada pelarut yang telah di tentukan lalu, setelah di larutkan masing-masing larutan di berikan NaOH 1N hingga pH berkisar anatara 9-10, lalu larutan di asam kan dengan HCl dengan kisaran pH 3-4, lalu tiap campuran di ekstraksi 4 kali dan tiap ekstarksi di tambahkan kloroform sebanyak 2ml, setelah di ekstraksi masukkan ekstrak ke dalam waterbath untuk menguapkan kloroform, setelah ekstrak agag kering tambahkan 2ml etanol, lalu totolkan masing-masing ekstrak menggunakan pipa kapiler. Eluen yang di gunakan adalah perbandingan etil asetat : methanol : ammonia (8,5 : 1 : 0,5).
Setelah eluen merambat di plat lapis tipis sudah mencapai batas yang telah di tentukan angkat dan segera keringkan plat lapis tipisnya. Lalu baca di bawah sinar uv.
Nilai Rf berkisar antara 0,03-0,8, dari hasil yang di lihat di bawah sinar UV dari cuplikan jamu terdapat titik dengan warna hijau, pada cuplikan antalgin terdapat titik berwarna biru, dan pada cuplikan paracetamol terdapat titik berwarna hijau.

v  KESIMPULAN
Jadi dapat di simpulkan bahwa pada jamu yang di identifikasi terdapat campuran bahan kimia yaitu obat antalgin. Dengan menggunakan eluen perbandingan dari etil asetat : methanol : ammonia, untuk ekstrak jamu menghasilkan warna hijau, untuk ekstrak antalgin menghasilkan warna biru, untuk ekstrak paracetamol menghasilkan warna hijau.

Kromatografi Kertas



v  JUDUL PRAKTIKUM
Kromatografi kertas
v  TUJUAN PRAKTIKUM
-          Mengenal salah satu pemisahan zat dengan kromatografi kertas.
-          Mengidentifikasikan komponen penyusun tinta dengan kromatografi kertas

v  TEORI DASAR
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Kromatografi di definisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi defferensial dinamis dalam system yang terdiri dari 2 fase atu lebih, salah satu di antaranya bergerk secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukann perbedaan mobilitas, di sebabkan adanya perbedaan mobilitas di sebabkan adanya perbedaan dalam absorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Kromatografi kertas umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana. Dalam kromatografi kertas perbandingan jarak rambat (di ukur sampai titik yang memberikan intensitas maksimum pada bercak) suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, di ukur dari titik penotolan, di nyatakan sebagai harga Rf suatu senyawa tersebut. Harga Rf berubah sesuai dengan kondisi percobaan karena itu identifikasi sebaikanya di lakukan dengan menggunakan baku pembanding yang sama dengan uji kromatogram yang sama. Jika zat uji yang di identifikasi dan baku pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dalam warna dan harga Rf pada semua kromatogram dan kromatogram dari campuran menghasilkan harag Rf adalah 1,0.
Kromatografi kertas tergolong kromatografi cairn dengan kertas sebagai zat pendukung karena kertas atau serat-serat selulosa merupakan adsorben lemah yang hidrofil, adsorbs zat oleh kertas tidak terlalu kuat dan terdesak oleh air. Air atau bagian yang lebih polar dari cairan yang di pakai sebagai eluen akan berlaku sebagai fase stasioner jadi kromatografi kertas dapat di golongkan sebagai jenis kromatografi cairan-cairan dan mekanisme pemisahan yang dominan adalah partisi. Oleh gaya kapiler dari kertas, fase mobil dapat bergerak naik, mendatar maupun menurun.
Eluen (pelarut, cairan pengelusi) pada kromatografi kertas biasanya merupakan campuran 2 komponen atau lebih, yang berlaku sebagai fase mobil selanjutnya adalah bagian campuran yang kurang polar.

v  ALAT DAN BAHAN
Alat :
-          Botol kaca
-          Plat kaca
-          Kertas saring,
-          Kertas whatman
-          Tali kuda
-          Isolatif
-          Gunting
Bahan :
-          Etanol 96% 9 ml
-          Spidol warna ungu, biru, dan merah


v  CARA KERJA
1.      Ukur kertas saring, masukkan dalam wadah atau botol.
2.      Ukur kertas whatman, lalu beri tali pada ujung atas kertas whatman.
3.      Totolkan spidol warna ungu, biru dan merah pada kertas whatman.
4.      Ukur etanol 96% sebanyak 9 ml masukkan kedalam botol , tutup langsung dengan kaca.
5.      Tunggu sampai seluruh kertas saring yang ada didalam botol terbasahi semua.
6.      Masukkan kertas whatman yang telah ditotolkan tadi kedalam botol jangan sampai terkena dinding botol atau kertas saring.
7.      Tunggu kertas whatman yang telah diberikan sampai batas ukuran yang telah ditentukan.
8.      Setelah selesai, keringkan kertas whatmannya.

v  PERHITUNGAN
1.      UNGU
-          Rf 1                 =  = 0,85
HRf                 = 0,85 x 100 = 85

-          Rf 2                 =  = 0,9125
            HRf                 = 0,9125 × 100 = 91,25

2.      BIRU
-          Rf 1     =  = 0,6
HRf     = 0,6 x 100 = 60


-          Rf 2      = 0,65
HRf     = 0,65 x 100 = 65

-          Rf 3     =  = 0,7125
HRf     = 0,7125 x 100 = 71,25

-          Rf 4     =  = 0,7875
HRf     = 0,7875 x 100 = 78,75

-          Rf 5     =  = 0,8625
HRf     = 0,8625 x 100 = 86,25

3.      MERAH
-          Rf 1     = = 0,325
-          HRf     = 0,325 x 100 =32,5

-          Rf 2     =   = 0,4
HRf     = 0,4 x 100 = 40

-          Rf 3     =   = 0,6624
HRf     = 0,6624 x 100 = 66,24

-          Rf 4     =   = 0,85
HRf     = 0,85 x 100 = 85

-          Rf 5     =   = 0,7875
HRf     = 0,7875 x 100 = 78,75

-          Rf 6     =   = 0,8625
HRf     = 0,8625 x 100 = 86,25

v  PEMBAHASAN
KK.jpg
Pada praktikum kali ini yang dilakukan adalah percobaan untuk mengetahui  pemisahan dengan metode kromatografi kertas dan menentukan pigmen warna dalam spidol dengan metode kromatografi kertas. Spidol yang digunakan dalam percobaan ini adalah spidol berwarna ungu, merah, biru. Fase diam yang digunakan adalah kertas whatman. Dengan ukuran kertas saring 11 x 4,5, lalu ujung atas dan ujung bawah di beri garis menggunakan pensil dikarenakan bahan pensil tidak dapat bereaksi dengan pelarut (eluen) yang digunakan. Eluen yang di gunakan adalah etanol 96 % sebanyak 9 ml. Fungsi dari eluen yaitu sebagai fase gerak yang akan mengelusi sampel sehingga terjadi pemisahan. Lalu masukkan kertas saring ke dalam botol kaca setelah itu masukkan eluen ke dalam botol kaca lalu segera tutup dengan plat kaca tunggu kertas saring sampai terbasahi semua, setelah kertas saring basah semua masukkan kertas whatman yang telah di totolkan spidol warna, tutup langsung dengan plat kaca, amati kertas whatman bila warna telah mencapai batas segera angkat dan keringkan.
            Nilai Rf pada percobaan ini berkisar 0,3-0,9. Nilai Rf tidak boleh lebih dari 1.
Hasil warna yang terbaca di kertas whatman ialah warna ungu terurai menjadi ungu muda dan pink, warna biru terurai menjadi warna biru muda, biru tua, dan ungu, warna merah terurai menjadi warna orange dan pink.

v  KESIMPULAN
Jadi dapat di simpulkan bahwa kromatografi kertas di gunakan untuk identifikasi, ini buktikan setelah di lakukannya percobaan bahwa pada spidol warna ungu terdapat campuran warna biru dan pink. Dengan menggunakan eluen berupa etanol 96% di dapatkan nilai Rf berkisar 0,3-0,9.