v JUDUL
Identifikasi
senyawa kimia dalam sediaan obat tradisional.
v TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa
mampu mengidentifikasi senyawa kimia yang terdapat dalam sediaan obat
tradisional dengan menggunakan metode kromatografi lapis tipis.
v TEORI DASAR
Kromatografi lapis tipis, zat penyerap merupakan
lapisan tipis serbuk halus yang di lapiskan pada lempeng kaca, plastic, logam
secara merata, umunya di gunakan lempeng kaca. Lempeng yang di lapisi dapat di
anggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat di
dasarkan pada absorbsi, partisi atau kombinasi kedua efek tergantung dari jenis
penyangga, cara pembuatan dan jenis pelarut yang di gunakan. Biasanya fase
padatnya berupa adsorben yang relatif kuat sehingga mekanisme pemisahan yang
dominan berdasarkan perbedaan absorbsi.
Kromatografi lapis tipis merupakan cara analisis
cepat yang memerlukan bahan sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya. Kromatografi
Lapis Tipis dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang hidrofobik seperti
lemak dan karbohidrat. Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk
menentukan eluen pada analisis kromatografi kolom dan isolasi senyawa murni
dalam skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk pengembang pada Kromatografi
Lapis Tipis disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Sebagai
fase diam digunakan silika gel, karena tidak akan bereaksi dengan senyawa atau
pereaksi yang reakstif. (Wiryawan, 2011)
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik,
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurum telah di gunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
§ Buku
Farmakope edisi IV
Metampiron
compresi ( tablet antalgin)
Identifikasi
: 600 mg serbuk tab dengan 10 ml air, saring.
Acetaminophen
compressi.
Identifikasi
: sejumlah serbuk dengan lebih kurang 50 mg paracetamol di larutkan dalam 50 ml
methanol, saring.
v ALAT DAN BAHAN
Alat
:
-
Plat lapis tipis
-
Erlemeyer
-
Gelas ukur
-
Beaker glass
-
Kertas saring
-
Chamber
-
Kaca penutup
-
Hair drayer
Bahan
:
-
Antalgin
-
Paracetamol
-
Jamu
-
NaOH 1 N
-
Air
-
Metanol pekat
-
ChCl
-
HCl 0,1 N
v PERHITUNGAN dan PENIMBANGAN
-
Paracetamol : 521,6
Yang di ambil : 521,6
= 52,16mg
10
-
Antalgin : 324,1
Yang
di ambil : 32,41
-
Jamu : 500mg
ΓΌ PERHITUNGAN
NILAI Rf
·
A (Cuplikan Jamu)
1. Rf = = 0,4375
HRf = 0,4375 x 100 = 43,75
2. Rf = = 0,4875
HRf = 48,75
3. Rf = = 0,5375
HRf =
53,75
·
B (Cuplikan Antalgin)
1. Rf = = 0,0375
HRf = 0,0375 x 100 = 3,75
2. Rf = = 0,5375
HRf = 0,5375 x 100 = 53,75
3. Rf = = 0,8625
HRf = 86,25
·
C (Cuplikan Paracetamol)
1. Rf = = 0,8625
HRf = 0,8625 x 100 = 86,25
v CARA KERJA
1. Ukur
kertas saring sebesar wadah chamber, lalu masukkan kertas saring ke dalam
chamber.
2. Buat
eluen dengan dengan perbandingan etil asetat : methanol : ammonia (8,5 : 1 :
0,5) lalu masukkan ke dalam chamber langsung tutup dengan plat kaca, biarkan
kertas saring terbasahi semua.
3. Ambil
tablet antalgin dan paracetamol, lalu timbang satu persatu, sisihkan.
4. Gerus
tablet paracetamol, lalu masukkan dalam erlemeyer.
5. Ukur
methanol, lalu masukkan ke dalam erlemeyer yang telah berisi tablet
paracetamol, lalu basakan dengan NaOH 1N hingga Ph 9-10, kocok selama 30 menit
6. Gerus
tablet antalgin, masukkan ke dalam erlemeyer, lalu tambahkan air, basakan
dengan NaOH 1N hingga Ph 9-10, kocok selama 30 menit.
7. Timbang
jamu lalu masukkan ke dalam erlemeyer lalu tambahkan air, basakan dengan NaOH
1N hingga Ph 9-10, kocok selama 30 menit.
8. Lalu
masing-masing filtrate di asamkan dengan beberapa tetes asam klorida 0,1N
hingga pH 3-4, lalu masing-masing filtrate di ekstraksi sebanyak 4 kali, setiap
kali dengan kloroform 2 ml.
9. Ekstrak
kloroform di uapkan di atas waterbath hingga hampir kering, sisa di larutkan
dalam 1ml etanol 96%.
10. Ukur
plat tipis, beri garis tepi atas dan tepi bawah,
11. Lalu
masing-masing ekstrak di totolkan pada plat lapis tipis.
12. Setelah
masing-masing cuplikan kering masukkan plat tipis ke dalam chamber, langsung
tutup dengan plat kaca kembali.
13. Perhatikan
dan tunggu sampai warna naik sampai batas yang telah di tentukan.
14. Keluarkan
plat tipis dari chamber dan keringkan.
15. Baca
di bawah sinar UV.
v PEMBAHASAN
Pada praktikum ini yang di lakukan ialah
mengidentifikasi jamu apakah mengandung bahan kimia atau tidak. Pengujian ini
di lakukan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan bahan pembanding
antalgin dan paracetamol. Hal yang pertama di lakukan adalah membuat ekstrak
jamu, antalgin, dan paracetamol, langkah pertama yaitu melarutkan bahan-bahan
pada pelarut yang telah di tentukan lalu, setelah di larutkan masing-masing
larutan di berikan NaOH 1N hingga pH berkisar anatara 9-10, lalu larutan di
asam kan dengan HCl dengan kisaran pH 3-4, lalu tiap campuran di ekstraksi 4
kali dan tiap ekstarksi di tambahkan kloroform sebanyak 2ml, setelah di
ekstraksi masukkan ekstrak ke dalam waterbath untuk menguapkan kloroform,
setelah ekstrak agag kering tambahkan 2ml etanol, lalu totolkan masing-masing
ekstrak menggunakan pipa kapiler. Eluen yang di gunakan adalah perbandingan
etil asetat : methanol : ammonia (8,5 : 1 : 0,5).
Setelah eluen merambat di plat lapis tipis sudah
mencapai batas yang telah di tentukan angkat dan segera keringkan plat lapis
tipisnya. Lalu baca di bawah sinar uv.
Nilai Rf berkisar antara 0,03-0,8, dari hasil yang
di lihat di bawah sinar UV dari cuplikan jamu terdapat titik dengan warna
hijau, pada cuplikan antalgin terdapat titik berwarna biru, dan pada cuplikan
paracetamol terdapat titik berwarna hijau.
v KESIMPULAN
Jadi dapat di simpulkan bahwa pada jamu yang di
identifikasi terdapat campuran bahan kimia yaitu obat antalgin. Dengan
menggunakan eluen perbandingan dari etil asetat : methanol : ammonia, untuk
ekstrak jamu menghasilkan warna hijau, untuk ekstrak antalgin menghasilkan
warna biru, untuk ekstrak paracetamol menghasilkan warna hijau.